Sebagaimanayang telah dijelaskan di atas tentang pengertian kaum dhu'afa dan upaya kesejahteraan, di sini juga akan dijelaskan bagaimana perspektif Al-Qur'an terhadap kaum du'afa. 1. Perlindungan terhadap anak-anak dhu'afa (kaum lemah, fakir miskin). Pendidikan dan perlindungan anak merupakan tanggung jawab orang tua. Iniadalah bulan solidaritas kaum Muslimin terhadap kaum dhuafa. Di samping merasakan lapar dan haus yang sama, kita juga disunahkan memberi makan orang yang berpuasa, khususnya fakir miskin. Tindakan ini, kata nabi, dibalas dengan tiga ganjaran, yaitu: diampuni dosa-dosa, dibebaskan dari api neraka, dan diberi pahala seperti orang yang Dankarenanya perlu dibantu serta diberdayakan. Jika merujuk pada definisi ini, maka kaum dhuafa itu pada dasarnya juga terdiri dari fakir miskin, anak-anak yang terlantar, anak-anak berkebutuhan khusus, serta anak-anak yatim-piatu. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memberi arahan agar kita berbuat baik kepada kaum dhuafa dan Sedangkankewajiban adalah suatu hal yang harus dilakukan seseorang. Dalam kehidupan manusia, hak dan kewajiban masih memiliki sejumlah perdebatan. Utamanya soal mana yang harus didapat atau dilakukan terlebih dahulu. Ada orang yang menganggap kewajiban harus diutamakan, tetapi ada pula yang beranggapan jika hak harus didapat terlebih dahulu. Anakyatim dan kaum dhuafa yang mayoritas berada di wilayah operasi atau proyek Pertamina Group tersebut menyambut gembira santunan Ramadhan tersebut. pandemi COVID-19 yang telah berlangsung Pengertiankaum Dhuafa yang dimaksud adalah orang-orang yang lemah secara ekonomi dan hidup dalam ketidakberdayaan, kemiskinan, dan ketidakmampuan. Tentunya hal ini dapat mendorong kita untuk dapat terus mencari keridhaan Allah SWT dari apa saja yang kita miliki dan kita sanggupi, yang diantaranya adalah mencari keridhaan Allah SWT dengan 7DcN2yE. Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan rejeki pada hamba-Nya melalui berbagai cara. Cara tersebut tentu saja berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Bahkan, jumlah rejeki yang diterima pun didasarkan pada upaya yang dilakukan oleh masing-masing manusia. Namun, satu hal yang pasti memiliki kesamaan adalah kewajiban bagi kita untuk menyalurkan hak dari kaum dhuafa ketika Allah Ta’ala benar-benar telah menurunkan rejekinya yang berupa materi. Hal ini telah secara langsung diperintahkan Allah pada hamba-Nya seperti tertulis dalam al-Qur’an. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa bentuk dan warnanya dan tidak serupa rasanya. Makanlah buahnya apa-bila ia berbuah dan berikanlah haknya zakatnya pada waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan,” QS. al-An’am 141 Ayat di atas adalah perintah Allah pada hamba-Nya untuk senantiasa berlaku peduli pada kaum dhuafa. Hal ini bahkan semakin utama dilakukan ketika kita diturunkan rejeki nyata berupa materi dari berbagai cara yang Allah Ta’ala kehendaki. Salah satu contoh dari cara turunnya rejeki tersebut adalah saat panen tiba. Panen sejatinya adalah kegiatan mengumpulkan hasil pertanian yang telah matang. Momen panen tidak akan pernah datang kecuali Allah yang menciptakan tumbuh-tumbuhan dan lahan pertaniannya. Maka dari itu dalam rangka mensyukuri nikmat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk berbagi hasil pada pihak-pihak yang membutuhkan. Hal ini juga merupakan wujud yang harus dilakukan manusia untuk tidak secara berlebihan menumpuk harta yang Allah karuniakan. Sejatinya kegiatan menumpuk harta dan enggan membaginya adalah ciri khas dari kaum kafir. Maka, sebaik-baiknya umat Islam hendaknya tidak meniru hal serupa yang dilakukan oleh golongan tersebut. Back to top button Membantu dan menolong sesama yang berada dalam kesulitan menjadi amalan yang begtiu mulia dan amat dianjurkan. Sebagai umat muslim, Allah SWT pun telah memerintahkan kita untuk membantu para kaum dhuafa yang membutuhkan bantuan kita. Kaum dhuafa adalah golongan orang-orang yang hidupnya berada dalam keadaan miskin, tertindas, tidak berdaya, serta mengalami penderitaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, kaum dhuafa atau kaum duafa adalah orang-orang lemah ekonomi dan sebagainya. Sementara secara istilah, kaum dhuafa dapat digunakan untuk merujuk kepada golongan orang-orang yang hidupnya berada dalam keadaan miskin, tertindas, tidak berdaya serta mengalami penderitaan. Perintah untuk menyantuni kaum dhuafa bahkan tertulis dalam sejumlah ayat Al-Quran, diantaranya dalam surat Al Isra ayat 26-27 dan juga surat Al Baqarah ayat 177. Apa Saja Keutamaan Menyantuni Kaum Dhuafa? 1. Meraih Ridha Allah SWT2. Memperoleh Kemudahan Rezeki dan Pertolongan Allah SWT3. Diselamatkan dari kesulitan di Hari Kiamat 4. Tinggal Bersama Rasulullah SAW di Surga 5. Melembutkan Hati yang Keras 6. Menambah Keberkahan dan Melipat Gandakan Rezeki 7. Menyucikan Jiwa Selain berbagi kebahagiaan dan membantu mereka yang tengah mengalami kesulitan, ada banyak keutamaan menyantuni kaum dhuafa sehingga amalan ini begitu dianjurkan 1. Meraih Ridha Allah SWT Keutamaan menyantuni kaum dhuafa yang pertama adalah untuk meraih ridha Allah SWT. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadist berikut Dari Abu Darda’ ia berkata Rasulullah saw bersabda “Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah, karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah di antara kalian.” HR. Abu Dawud. 2. Memperoleh Kemudahan Rezeki dan Pertolongan Allah SWT Menyantuni kaum dhuafa juga bisa menjadi jalan bagi kita untuk memperoleh kemudahan rezeki dan pertolongan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang berbunyi “Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian” HR. Bukhari no. 2896 3. Diselamatkan dari kesulitan di Hari Kiamat Salah satu janji Allah SWT untuk orang-orang yang menyantuni kaum dhuafa adalah akan diselamatkan dari kesulitan di hari kiamat kelak. Hal ini tertera dalam Al-Quran surat Al Insan ayat 8-11 yang artinya sebagai berikut “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan……. Sesungguhnya kami takut akan siksa Tuhan kami pada suatu hari yang di hari itu orang-orang bermuka masam penuh kesulitan, Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan wajah dan kegembiraan hati” 4. Tinggal Bersama Rasulullah SAW di Surga Salah satu golongan yang termasuk dalam kaum dhuafa adalah anak yatim. Pahala dari menyantuni anak-anak yatim ini juga amatlah besar. Bahkan Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau dan orang-orang yang menyayangi anak yatim di surga kelak amatlah dekat, ibaratkan jarak antara jari telunjuk dengan jari kelingking. Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang artinya “Aku dan yang mengurus anak yatim di surga seperti ini, beliau memberikan isyarat dengan kedua jarinya yaitu jari telunjuk dan jari kelingking” HR. At Tirmidzi 5. Melembutkan Hati yang Keras Selain dijanjikan akan berdekatan dengan Rasulullah SAW di surga kelak, menyantuni anak yatim yang termasuk dalam golongan kaum dhuafa ini juga bermanfaat untuk kondisi kesehatan jiwa. Dalam sebuah hadits, disebutkan jika menyantuni anak yatim dan membantu orang-orang miskin mampu melembutkan hati yang keras. “Sesungguhnya seseorang datang mengadu kepada Rasulullah atas keras hati yang dialaminya, beliau bersabda Usaplah kepala anak yatim dan beri makanlah orang-orang miskin”. HR. Ahmad 6. Menambah Keberkahan dan Melipat Gandakan Rezeki Berbagi pada orang-orang yang membutuhkan tak akan membuat seseorang kehabisan harta yang dimiliki. Sebaliknya, harta yang dibagikan pada fakir miskin dan kaum dhuafa justru akan bertambah keberkahannya dan dilipat gandakan. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang artinya Dari Annas “Nabi Muhammad SAW bersabda “Pintu rizqi akan terbuka sampai Arsy. Allah menurunkan kepada Hamban-Nya bagian rizqi mereka sesuai dengan banyaknya shodaqoh mereka. Barangsiapa yang sedikit mengeluarkan shodaqoh, maka Allah akan memberinya sedikit rizqi, dan barang siapa yang banyak mengeluarkan shodaqoh, maka Allah akan memberinya rizqi yang banyak” Dailami 7. Menyucikan Jiwa Sifat kikir dan terlalu mencintai harta duniawi merupakan salah satu sifat tercela yang mampu mengotori jiwa seorang Muslim. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk mengeluarkan sebagian harta kita dan memberikannya untuk kaum dhuafa yang membutuhkan untuk senantiasa mensucikan jiwa. Allah SWT juga telah memberikan peringatan mengenai hal ini dalam Al-Quran surat Al-Humazah ayat ke 1-2 yang artinya “Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya” Berbagi Kebaikan dengan Kaum Dhuafa di Pedalaman Begitu besarnya pahala dan kemuliaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada umatnya yang senantiasa membantu dan menyantuni kaum dhuafa yang membutuhkan. Dengan banyaknya keutamaan tersebut, berbagi kebaikan untuk kaum dhuafa adalah kesempatan besar bagi kita untuk meraih pahala dan kemuliaan dari Allah SWT. Sahabat bisa mulai berbagi dengan kaum dhuafa yang ada di sekitar Sekecil apapun yang Sahabat berikan tentu amat berarti bagi mereka yang membutuhkannya. Selain berbagi dengan dhuafa di sekitar, Sahabat juga bisa berbagi kebaikan untuk kaum dhuafa melalui Insan Bumi Mandiri yang akan disalurkan untuk saudara-saudara dhuafa yang tinggal di pedalaman. Klik di sini untuk kirimkan kebaikanmu untuk dhuafa di pedalaman. Referensi Tujuh golongan yang termasuk kaum dhuafa antara lain fakir miskin, yatim, kaum difabel, lansia, janda miskin, muallaf, dan korban bencana. – Dhuafa secara bahasa artinya lemah. Lemah disini terdiri dari berbagai aspek seperti kemampuan fisik, ilmu pengetahuan, kemauan dan keyakinan, serta lemah secara finansial sehingga tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhannya. Kemudian, secara istilah dhuafa dapat pahama sebagai sebuah kondisi yang dialami seseorang, yang mana orang tersebut berada dalam keadaan miskin, tertindas, tidak berdaya serta mengalami penderitaan. Pada umumnya, kita mengenali dhuafa sebagai orang yang lemah dari aspek ekonomi dan finansial. Golongan yang Termasuk Kaum Dhuafa Berikut adalah tujuh golongan yang termasuk kaum dhuafa ditinjau dari berbagai aspek yang menjadi penyebabnya. 1. Orang Fakir dan Miskin Fakir adalah orang yang tidak bisa mencukupi setengah dari kebutuhan pokoknya dan tanggungannya istri dan anak. Kemudian, miskin dapat dipahami sebagai orang yang hanya mampu memenuhi setengah atau lebih kebutuhan pokok dan tanggungannya, namun tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhannya. Kondisi tersebut terjadi karena tidak memiliki pekerjaan tetap ataupun telah memiliki pekerjaan namun tidak mampu mencukupi kebutuhan pokoknya. Orang fakir dan miskin termasuk ke dalam golongan yang berhak menerima zakat dan berhak juga mendapatkan fidyah. 2. Anak Yatim Anak yatim merupakan seorang anak yang ditinggal ayahnya dalam keadaan belum baligh, yang mana pada usia tersebut mereka masih memerlukan bimbingan dan dukungan seorang ayah secara materi. Islam sangat memuliakan anak yatim dan menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk menyantuni dan menyayanginya. Rasulullah SAW menjanjikan balasan berupa surga dan berada dekat dengannya di surga kelak bagi mereka yang ikhlas menggantikan posisi orang tuanya dan kemudian mencukupi segala kebutuhan anak tersebut. 3. Kaum difabel atau cacat fisik Kaum difabel atau orang yang mengalami cacat secara fisik biasanya mengalami berbagai kendala, mulai dari kesulitan mengakses pendidikan ataupun berpenghasilan. Terlebih jika mereka tidak mendapatkan dukungan dari keluarga atau keluarganya berada dalam kondisi ekonomi bawah. Dengan demikian, mereka yang lemah dalam aspek fisik ini termasuk ke dalam golongan dhuafa yang wajib di bantu, baik dari aspek pendidikan, life skill, ataupun bantuan sehari-harinya. 4. Orang lanjut usia Orang lanjut usia atau orang tua yang sudah renta merupakan salah satu golongan yang lemah dari aspek fisik dan psikis. Secara fisik mereka tidak mampu lagi untuk berkerja untuk mencukupi kebutuhannya sehingga ia perlu dibantu secara finansial ataupun kebutuhan lainnya. 5. Janda Miskin Janda ialah seorang perempuan yang sudah menikah lalu kemudian ia kehilangan suaminya, misalkan karena meninggal dunia. Dengan demikian, ia kehilangan orang yang menafkahinya. Perempuan yang berstatus seperti itu termasuk ke dalam golongan dhuafa yang perlu kita bantu baik dengan cara membantu kebutuhan sehari-hari, membantu dana pendidikan anaknya, ataupun bantuan dalam bentuk lainnya. 6. Muallaf Muallaf atau orang yang baru memeluk Islam juga termasuk ke dalam golongan orang dhuafa. Meskipun secara fisik dan ekonomi ia memiliki kecukupan, namun mereka bisa jadi lemah dari sisi aspek keimanan dan sosialnya. Hal itu dikarenakan seorang muallaf bisa jadi dikucilkan oleh keluarganya karena memilih pilihannya untuk masuk agama Islam. Muallaf merupakan salah satu bagian dari orang yang berhak menerima zakat dan perlu kita bantu agar keimanannya tertanam kokoh dalam dirinya. 7. Korban Bencana Korban bencana bisa masuk ke dalam kaum dhuafa, hal itu dikarenakan mereka kehilangan banyak harta benda, tempat tinggal, berbagai hal yang dimilikinya. Untuk itu, para korban bencana termasuk kaum dhuafa yang lemah secara finansial, fisik, dan juga psikis karena bencana yang menimpa diri dan keluarganya. Cara Membantu Kaum Dhuafa Berikut adalah beberapa cara memberikan bantuan kepada kaum dhuafa yang dapat kamu lakukan. 1. Menunaikan Zakat Tepat Waktu Zakat merupakan kewajiban seorang Muslim yang hendaknya ditunaikan sesuai dengan batasan haul dan nisab yang telah ditentukan. Dengan menunaikan zakat dari harta yang dimiliki, seseorang sama halnya telah membantu kaum dhuafa seperti fakir miskin dan beberapa asnaf lainnya. 2. Memberikan Bantuan Langsung Selanjunya, cara yang paling mudah untuk menolong kaum dhuafa ialah memberikan bantuan secara langsung. Bantuan tersebut bisa berupa makanan pokok, sejumlah uang tunai, perlengkapan sekolah, beasiswa pendidikan, ataupun bantuan lainnya. Dalam memberikan bantuan tersebut, kamu dapat memberikannya secara langsung kepada penerima manfaat, atau melalui lembaga sosial seperti panti yatim dan dhuafa. 3. Mengadakan Program Pelatihan/Pemberdayaan Cara membantu kaum dhuafa berikutnya ialah dengan mengadakan program pelatihan atau pemberdayaan. Hal ini bermanfaat bagi mereka agar mampu produktif dan memiliki keahlian sehingga mampu berdaya serta mandiri dalam finansial. 4. Mendonasikan Barang Pribadi yang Layak Selanjutnya, bagi kamu yang memiliki banyak barang yang masih bagus dan jarang digunakan alanglah baiknya barang tersebut didonasikan kepada orang yang membutuhkan. Mulai dari pakaian, buku bacaan, alat elektronik hingga kendaraan. Hal ini akan jauh bermanfaat dibandingkan hanya dengan menyimpannya di dalam lemari atau gudang di rumah. Berdasarkan pengertian secara bahasa, dhuafa artinya adalah lemah. Secara istilah, kaum dhuafa merujuk kepada golongan orang-orang yang hidupnya berada dalam keadaan miskin, tertindas, tidak berdaya serta mengalami penderitaan. Jika dilihat dari berbagai sudut pandang, maka lemah yang dimaksud dalam hal ini bisa mencakup Lemah dari segi sikap yang bukan diakibatkan karena malas belajarLemah dari segi fisik atau kurang tenaga. Bisa karena sakit, sudah tua atau cacat. Bukan karena sengaja bermalas-malasanLemah dari segi ekonomi. Mereka adalah orang-orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari karena tekanan keadaan. Bukan karena malas atau tidak berusaha mencari nafkahLemah dari segi pikiran. Termasuk orang-orang yang kurang cerdas, bukan karena tidak mau menuntut ilmu. Golongan Dhuafa Adapun yang termasuk ke dalam golongan kaum dhuafa adalah 1. Anak-anak Yatim Anak yatim merupakan anak-anak yang ditinggal ayahnya dalam keadaan belum baligh. Di usia ini, mereka biasanya masih memerlukan bimbingan, kasih sayang hingga dukungan berupa materi. Nabi Muhammad menjanjikan surga bagi siapapun yang dengan ikhlas menggantikan posisi orang tuanya dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. 2. Janda dan Orang-orang Miskin Ketika seorang wanita yang sudah menikah kehilangan suaminya, maka hilanglah orang yang menjadi tumpuan hidupnya dalam mencari nafkah. Janda-janda seperti ini termasuk golongan lemah yang patut dibantu. Hal yang sama juga berlaku untuk orang-orang miskin. Orang miskin sendiri merupakan orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan tanggungannya termasuk istri dan anak-anaknya. Kebanyakan di antara mereka bekerja, namun penghasilannya tidak cukup untuk kebutuhan pokoknya. Dalam sebuah hadisnya, Nabi Muhammad bersabda, “Barang siapa yang menyisihkan harta untuk menghidupi para janda dan orang-orang miskin, maka pahalanya sama seperti berjuang di jalan Allah.” HR. Bukhari dan Muslim. 3. Orang-orang Fakir Jika orang miskin adalah orang-orang yang memiliki penghasilan namun kebutuhannya masih belum terpenuhi, maka fakir kondisinya lebih parah dari itu. Orang-orang fakir adalah mereka yang hidupnya sangat sengsara, tidak punya harta maupun tenaga untuk mencari nafkah. 4. Muallaf Muallaf atau orang yang baru memeluk Islam juga termasuk golongan kaum dhuafa. Meskipun secara fisik maupun harta keadaannya mencukupi, mereka masih dikatakan lemah dari segi keimanannya. Karena itu, mereka juga memerlukan bantuan baik berupa materi maupun non-materi. 5. Hamba Sahaya atau Budak Hamba sahaya atau budak merupakan orang-orang yang sangat lemah. Mereka bahkan tidak memiliki kemerdekaan dan kebebasan untuk mengatur hidupnya sendiri. Hamba sahaya biasanya juga tidak memiliki harta benda. Meski memiliki tenaga, mereka hanya bisa menggunakannya untuk keperluan sang pemilik. Saat ini sistem perbudakan sendiri sudah dihapuskan. 6. Korban Bencana Para korban bencana adalah orang-orang yang terkena musibah sehingga kehilangan harta dan jiwa yang mereka miliki. Korban bencana juga termasuk golongan lemah yang wajib dibantu. Baca jugaPengertian Shadaqah, Keutamaan, dan Macam-macamnyaManfaat Sedekah untuk Anak Yatim di Panti Asuhan Keistimewaan Menyantuni Kaum Dhuafa Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk membantu kaum dhuafa adalah dengan menyalurkan sebagian harta yang kita miliki untuk kesejahteraan mereka. Seseorang yang menyantuni mereka dalam Islam mendapatkan keistimewaan yang besar. Beberapa keutamaan tersebut antara lain Allah SWT akan menyelamatkan mereka yang menyantuni kaum dhuafa dari berbagai kesusahan di hari kiamat, serta diberikan kegembiraan disaat mengalami kesulitan. Menyantuni kaum yang kurang mampu, terutama anak yatim dapat melembutkan hati seorang muslim. Kasih sayang yang diberikan untuk anak yatim dapat menghilangkan sifat buruk yang ada dalam diri manusia, contohnya kikir, dusta, iri, dan tempat di samping Rasulullah dalam surga. Mensucikan diri dari keserakahan. Hal tersebut karena menyantuni golongan kurang beruntung membuat seseorang menjadi menjadi rendah hati dan mulia, baik di mata manusia maupun di mata Allah. Untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan, kamu bisa bersedekah secara mudah lewat aplikasi Kitabisa. Yuk, donwload aplikasinya sekarang!

kaum dhuafa yang wajib kita santuni lebih dahulu adalah yang